Selasa, 25 Desember 2012

Tatang Widjaya : Presiden direktur PT. Asuransi Jiwa Sequis LifeWalk the talk






Filosofi saya memimpin sebenarnya simple, yaitu walk the talk, jalankan sesuai dengan apa yang Anda katakan. Sekarang ini banyak sekali kejadian di lapangan, misalnya Anda katakan A, tapi jalannya B.
Manajemen yang mengaku open mind, faktanya close the mind. Menurut saya, kita harus menjalankan usaha sesuai dengan komitmen kita. Percaya atau tidak, semua orang akan melihat  pimpinan dalam menjalankan komitmennya.
Jika mereka melihat kita konsisten  dengan apa yang kita ucapkan, you very consistent leader you deliver what you promises, maka semua akan berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Inilah yang setiap hari saya tanamkan kepada manajemen dan karyawan Sequis Life. Saya yakin, semua perubahan, komitmen mulai dari atas. If you want walk the talk, inisiatornya harus dari atas.
Kalau dari atas bener, kemudian harus dijalankan oleh senior manajemen. Dari senior manajemen dijalankan oleh middle manajemen,  kemudian baru ke bawah. Untuk menerapkan ini semua, tentu butuh alat bantu, harus ada  key performance indeks atau KPI. KPI yang diimplementasikan adalah value sistem, yakni nilai luhur perusahaan.
Di Sequis Life, ada nilai-nilai luhur yang kita anut bersama, yakni security, empowerment, knowledge, unity, integrity dan excellent. Nilai-nilai luhur ini harus mampu diinternalisasikan ke seluruh pegawai.
Dan, ini harus dimulai dari atasan. Pegawai mau memahami kalau dari manajemen bisa juga mempraktekkan. Kita bicara tentang servis excellent, kalau atasan tidak peduli bila ada komplain, bagaimana bisa bawahan menjalankannya.
Untuk mentransformasikan ini, KPI menjadi alatnya. Tiap orang punya key performance individual. Posisi makin ke atas, KPI-nya 50% value dan 50% performance. Porsinya seimbang karena posisi atas tugasnya bukan hanya eksekusi tapi bagaimana memimpin.
Bagi saya, leadership seorang pemimpin akan lebih efektif kalau kita bisa menanamkan nilai luhur. Kalau Anda sendiri tidak memiliki nilai, siapa yang mau ikut. Nilai luhur itulah yang mendukung kinerja perusahaan.
Misalnya saya bilang kalau tahun depan kita mau tumbuh 30%, jika bawahan tidak punya nilai luhur, target ini tak akan tercapai. Nilai luhur inilah yang  harus ditanamkan, diajarkan atasannya.  Jika tidak,  pegawai menjadi masa bodoh. Tak bersalah jika target tak tercapai.
Jika ini yang berkembang di pegawai, yang salah bukan mereka, tapi pimpinannya. Ia tidak  mampu menginternalisasikan work the talk. Sangat mungkin, bawahan abai, tak peduli karena melihat pemimpin tidak melakukan sesuai yang dia katakan.
Karyawan juga harus paham bahwa pencapaian  yang berhasil melewati target akan berpengaruh terhadap pendapatan mereka. Ini yang harus di-deliver-kan oleh leader agar kami sama-sama memahami value perusahaan.
Tidak gampang membangun ini. Saya butuh waktu lima tahun  mewujudkannya. Agar terukur saya minta evaluasi oleh pemegang saham atas  perubahan yang terjadi tiap tahunnya. Ini evaluasi bukan untuk kenaikan bonus tapi untuk perubahan perilaku.
Dengan cara ini, kinerja saya terukur. Tak main perintah tapi walk the talk.
sumber (kontan)

0 komentar:

Posting Komentar