Di tengah inflasi tinggi dan
nilai tukar rupiah yang merosot, banyak kalangan masih optimistis dengan
pasar otomotif nasional. Gaikindo belum merevisi target 1,1 juta unit.
Lagi pula Indonesia jadi basis produksi bagi beberapa jenis mobil,
seperti dilakukan Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN). Berikut strategi TMMIN seperti dituturkan Made Dana Tangkas, kepada Hendrika Y. dan Carel Agus dari KONTAN di Jakarta, Rabu (21/8)
Saat ini Toyota Motor Manufacturing Indonesia memproduksi beberapa
kendaraan, yakni Toyota Innova (produksi tahun ini 82.900 unit),
Fortuner (67.500 unit), Etios Valco (13.500 unit), dan Nav1 (3.500
unit). Jadi total target produksi kami pada tahun 2013 adalah sekitar
167.000 unit.
Dari jumlah produksi tersebut, sebanyak 40% kami ekspor, dan sisanya
untuk memenuhi permintaan pasar domestik. Jika dibandingkan dengan
tahun lalu, memang ada peningkatan produksi, karena tahun 2012 kami
memproduksi 155.000 unit mobil. Demikian pula dengan alokasi ekspor yang
mengalami kenaikan sedikit, karena tahun lalu angkanya tidak sampai 40%
.
Mobil yang paling banyak diekspor yakni Fortuner dan Innova ke Timur
Tengah. TMMIN adalah basis produksi untuk Innova dan Fortuner, yang
dibuat di Pabrik I Karawang. Adapun total kapasitas produksi pabrik
TMMIN sekarang adalah 250.000 unit per tahun, tanpa over time.
Kami selalu memonitor kondisi makroekonomi yang ada, sehingga jika
diperlukan kami bisa melakukan penyesuaian. Hanya, sampai kini kami
masih tetap pada target seperti di atas. Karena rencana produksi ini
tidak hanya menyangkut pasar domestik, namun juga ekspor. Untuk pasar
dalam negeri, TMMIN bekerja sama dengan Toyota Astra Motor untuk
memberikan pilihan bagi konsumen, demi mempertahankan daya saing kami di
pasar otomotif nasional.
Demikian pula dalam merencanakan ekspansi. Salah satu rencana
ekspansi kami adalah pembangunan pabrik mesin dalam waktu dekat, dan
diharapkan dapat mulai beroperasi pada semester pertama 2016.
Kami telah membeli lahan seluas 150 hektare di Karawang, dekat dengan
pabrik TMMIN, untuk mendirikan pabrik mesin. Investasi untuk pabrik
mesin ini adalah sekitar Rp 2,3 triliun, dengan kapasitas produksi
sebesar 216.000 unit setahun.
Nah, dalam menjalankan bisnis ini, terutama di sektor manufaktur,
kami masih menghadapi beberapa kendala. Misalnya infrastruktur.
Pelabuhan dengan satu window ternyata masih belum memadai untuk ekspor impor, sama seperti jalanan menuju ke pelabuhan yang masih memprihatinkan.
Pasokan gas dan listrik di Jawa Barat ini juga belum maksimal, bagi
sektor manufaktur. Memang, sudah ada perbaikan dibanding sebelumnya,
tapi perlu ditingkatkan. Untuk sementara ini, karena pengaturan produksi
sudah jauh-jauh direncanakan, kami belum terganggu dengan pasokan gas
dan listrik, karena kami memproduksi sesuai kapasitas yang ada.
Untuk mengatasi kendala infrastruktur, dan pasokan energi, kami
bekerjasama dengan asosiasi seperti Gaikindo, Kadin, Apindo. Dengan
begitu kami bisa melakukan komunikasi dengan pihak terkait untuk mencari
solusi.
Selain itu ada isu ketenagakerjaan. Kami perlu memperhatikan isu upah
dan insentif yang menarik yang diberikan oleh negara lain, untuk sektor
yang sama. Ini menjadi tantangan, yakni bagaimana mempertahankan daya
saing. Hal inilah yang perlu kita kembangkan di kemudian hari.
Budaya blusukan
Untuk meretensi pekerja, kami menyelenggarakan forum bipartit dan
tripartit. Kami juga menyediakan banyak saluran bagi karyawan untuk
berkomunikasi dengan manajemen, misalnya free talk activity dan personal touch. Free talk
ini menjadi forum karyawan menyampaikan unek-unek pada atasan langsung,
yang lantas disampaikan berjenjang. Dengan begini, permasalahan
langsung diketahui.
Kami juga mengembangkan kegiatan Idea Suggestion, sehingga ide
karyawan itu dihargai oleh perusahaan. Karyawan bisa memberikan ide
bidang lingkungan, pengurangan biaya dan sebagainya. Ide ini akan dikaji
dan diterapkan oleh manajemen, sedangkan karyawan akan mendapatkan
insentif.
Salah satu yang diterapkan adalah penggunaan sistem navigasi untuk
lalu lintas barang. Dengan begitu, kami tidak perlu investasi mesin yang
mahal, karena cukup menggunakan gaya gravitasi saja.
Contoh lain adalah cost reduction, seperti pengurangan panjang pegangan gun
untuk mengelas, dari lima meter menjadi tiga meter saja. Itu ide dari
karyawan. Kami juga menggelar kompetisi di perusahaan untuk Idea
Suggestion.
Di TMMIN, kami mempunyai visi, misi, tujuan, yang mengacu pada filosofi Toyota Way. Ada lima nilai utama. Yakni challenge,
karena setiap perusahaan harus punya tantangan mau ke mana lima atau
sepuluh tahun lagi. Hal ini harus kami rumuskan, lengkap dengan
problematika yang terjadi.
Nilai berikutnya adalah kaizen, atau perbaikan yang terus menerus, demi pengembangan perusahaan. Lalu genchi genbutsu yaitu harus go and see ketika terjadi masalah, seperti blusukan.
Waktu ada masalah, kita harus datang ke lokasi atau real place, selanjutnya mencari tahu yakni real fact, dan real thing,
melakukan sesuatu. Itu harus dilakukan oleh semua level, dari
supervisor sampai presiden direktur. Jadi tidak ada direktur yang duduk
di meja menanti laporan.
Keempat adalah respect to people dengan membuat sistem kerja yang aman, ergonomis, nyaman. Terakhir adalah team work dengan antardivisi, antarbagian, termasuk ke dealer dan supplier.
Lima nilai ini diterjemahkan ke dalam Hoshin Kanri atau kebijakan
perusahaan dan dijabarkan sampai function action plan bagi 7.000
karyawan TMMIN.
Untuk aspek respect perlu perhatian khusus, karena ketidaksiapan sumberdaya kita sehingga problem solving
kadang tidak cocok. Maka, harus ada kesadaran dan melatih karyawan,
sehingga reaksi dan gerakannya lebih cepat dan proaktif. Ketika sumber
daya manusia tidak siap, mungkin kecepatan bisnis dengan kecepatan
produksi tidak sinkron.
Hal ini tidak hanya kami terapkan di dalam perusahaan, namun juga bagi supplier karena kami didukung banyak supplier. Untuk komponen tier 1 saja ada sekitar 100 supplier, selanjutnya tier 2 dan tier 3 itu lebih banyak lagi. Maklum saja, untuk memproduksi satu unit mobil bisa melibatkan lebih dari 2.000 komponen.
Dengan supplier, kami itu seperti partnership
jangka panjang. Pertama kali mereka mengawali dari proses gambar yang
diwujudkan, lantas ada uji coba sampai mencapai standar kualitas yang
kami harapkan. Hal ini tidak hanya pada produknya namun juga pada proses
dan manajemennya.
Semua hal ini dilakukan sebelum produksi. Misalnya untuk supplier komponen Etios Valco, proses ini bisa kami lakukan sembilan bulan sebelumnya.
Produk yang bagus bisa didapatkan jika sumber dayanya juga bagus. Jadi ada tiga prinsip di sini, yakni built in quality, kedua membangun kualitas dengan inspeksi dan ketiga audit untuk statik dan dinamik.
Contohnya audit dinamik untuk power window, bisa kami tes ribuan kali sampai berjam-jam. Hal inilah yang kami jalankan kepada para supplier. Kerja sama ini sekarang berjalan dengan baik dan lancar. Jika ada masalah, kami bisa langsung memberi feedback kepada supplier.
Selasa, 10 September 2013
Pertahankan daya saing (CEO TALK ) Made Dana Tangkas
23.47
No comments
0 komentar:
Posting Komentar