Berkeinginan
untuk membuat produk herbal lebih dikenal masyarakat dan dapat
dinikmati siapa saja, membuat wanita bernama Wiwiek Hasan Basri terjun
ke dunia bisnis produk herbal yaitu jahe merah dan bunga rosela.
Sebelum
memutuskan untuk berwirausaha, pada tahun 2004 Wiwiek pernah bekerja
disebuah perusahaan minuman. Setelah hampir 2 tahun bekerja, akhirnya
dia pun memutuskan untuk memulai usaha sekaligus memanfaatkan lahan
keluarga yang masih belum produktif. Dari tempatnya bekerja itu, dia
banyak belajar tentang bagaimana menjual produk agar diminati oleh
konsumen.
"Saya banyak belajar dari situ. Ternyata dalam berbisnis
jika bisa memberikan infomasi tentang produk yang kita jual secara baik
dan menarik, itu akan sangat mempengaruhi penjualan," katanya, dikutip
dari www.liputan6.com.
Pada bulan Mei 2006 dengan bermodalkan uang
Rp 30 juta, Wiwiek pun mulai membuka usaha produksi jahe merah dan
bunga rosela yang dia beri merk dagang 'Berkah Aji'.
Pilihannya
untuk menggeluti bisnis obat-obatan herbal semacam ini karena ingin
membantu orang lain yang mau menyembuhkan penyakit namun dengan obat
yang tidak memiliki efek samping, yaitu obat-obatan herbal.
"Obatan herbal kan cenderung lebih aman, walaupun kita juga harus sadar bahwa pengobatan medis juga harus berjalan," lanjutnya.
Butuh 2-3 ton Jahe per Bulan
Untuk
memproduksi jahe merah dalam bentuk bubuk, Wiwiek men-supply jahe
tersebut dari wilayah Lampung. Dia bekerjasama dengan seorang pengusaha
jahe merah tersebut yang siap mengirimkan 2-3 ton jahe per bulan.
Jahe
merah yang dia terima kemudian diolah kembali hingga menjadi bubuk dan
dapat dikonsumsi dengan cara diseduh. Tiap harinya, rumah produksi
Wiwiek yang terletak di wilayah Cibubur, mampu menghasilkan hingga 300
botol jahe merah per hari.
Satu botol jahe merah berukuran 300
gram, dia jual seharga Rp 25.000. "Khasiat dari jahe merah ini banyak,
seperti untuk mengobati masuk angin, asam urat, migran dan batuk,"
jelasnya.
Selain Jahe, Produksi Juga Bunga Rosela
Selain
memproduksi jahe merah, Wiwiek juga membudidayakan bunga rosela yang
terkenal untuk membantu menurunkan berat badan. Dia memanfaatkan lahan
milik keluarga seluas 3 hektar yang sebagian besar ditanami pohon jati
tanaman rosela.
Menurut Wiwiek, tanaman rosela ini memiliki masa
panen yang panjang, yaitu sekitar 8 bulan hingga 1 tahun atau sepanjang
tahun. "Karena masa panennya yang panjang, makanya bunga rosela ini
melimpah sehingga saya bisa menjual sekaligus menyuplainya kepada
rekan-rekan yang juga berbisnis bunga rosela ini," tutur Wiwiek.
Dalam
satu hari, lahan rosela yang dikelola oleh saudaranya tersebut mampu
menghasilkan sekitar 20 kg bunga rosela dalam kondisi basah, yang
kemudian dikeringkan selam 3 hari dengan mengandalkan sinar matahari.
Bunga rosela yang telah kering beratnya menyusut hingga 7 kg atau bila
dibungkus menjadi sekitar 10 bungkus.
Harga Jual Rosela
Selain
menjual dalam bentuk bungkus kecil, Wiwiek juga kerap mendapat pesanan
bunga rosela dalam partai besar. Untuk 1 bungkus ukuran 1 ons dia jual
seharga Rp 20.000 sedang untuk pesanan 1 kg dia patok dengan harga Rp
100.000. "Jadi dari sana sudah bersih dan kering, disini tinggal kami
bungkus dan siap dijual. Kalau khasiat bunga rosela sendiri dapat
meningkatkan stamina, mengurangi hipertensi, batuk, mencegah kanker,"
katanya.
Pemasaran dan Omzet
Untuk
pemasaran, Wiwiek biasanya menjual produknya tersebut melalui toko obat
tradisional, distributor, pemesanan secara langsung, selain itu juga
kini dia telah memiliki 4 toko di Jakarta yang menjual produknya
tersebut.
Omzet yang diterima Wiwiek pun terbilang cukup besar yaitu berkisar antara Rp 100 juta hingga Rp 200 juta per bulan.
Produknya
ini pun telah didistibusikan ke luar Jakarta seperti yang paling banyak
ke wilayah Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan masing-masing
pengiriman sekitar 18.000 botol jahe merah dalam sekali order. "Mereka
biasanya sebulan 3 kali order, selain itu juga ke Palembang dan Padang,
tetapi untuk saat ini belum sebanyak Bali dan NTB," jelasnya.
Wiwiek
menjelaskan bahwa, saat momen sepi penjualannya terjadi pada sekitar
bulan Januari hingga Maret karena pada saat-saat tersebut biasanya musim
hujan. Sehingga sedikit menghambat produksi ditambah lagi pada
awal-awal tahun biasanya pemerintah maupun pihak terkait masih jarang
mengadakan pameran karena dengan adanya pameran, diakui Wiwiek sangat
membantu pemasaran juga sangat berpengaruh terhadap kenaikkan omset.
Kompetitor Ketat
Selama
berbisnis produk herbal semacam ini, Wiwiek mengaku tidak pernah
menghadapi kendala baik dari segi permodalan maupun bahan baku. Yang
jadi kendalanya mungkin hanya karena mulai bermunculan kompetitor yang
juga membuat produk herbal seperti yang dia produksi.
Namun hal
tersebut dia rasakan bukan sebagai masalah. Baginya, strategi promosi
yaitu dari mulut ke mulut, melalui pameran serta tetap menjaga kualitas
dari produknya sudah cukup membuat bisnisnya ini berjalan dengan baik.
"Saya
punya prinsip, produk saya harus bagus bahkan tiap hari harus lebih
bagus, sehingga otomatis konsumen dapat memilih produk mana yang paling
baik," katanya.
Kini Wiwiek telah bisa mempekerjakan 18 karyawan.
Ke depannya, dia berharap pemerintah atau pihak terkait lebih banyak
merangkul para pelaku UKM seperti lebih sering mengadakan pameran.
"Tentunya juga saya berharap produk saya ini semakin dikenal masyarakat dan bisa bermanfaat untuk orang lain," tandasnya. (bn)